Bulan Mei bagi umat Katolik bukan sekadar waktu ketika bunga bermekaran. Lebih dari itu, ini adalah waktu istimewa ketika hati dan langkah diarahkan kepada Bunda Maria, melalui doa Rosario, perarakan, dan salah satu praktik devosi paling khas di Indonesia: ziarah ke Gua Maria.
Setiap tahun, terutama di bulan Mei yang disebut Bulan Maria, ribuan umat Katolik di Indonesia melakukan perjalanan iman ke berbagai Gua Maria—dari Sendangsono di Yogyakarta hingga Gua Maria Kaliori di Banyumas, dari Taman Doa di Ambarawa hingga tempat-tempat kecil di pelosok paroki. Tapi mengapa gua? Dan mengapa begitu banyak Gua Maria di Indonesia?
Mengapa Gua Maria?
Apakah dahulu kala, Bunda Maria pernah tinggal di gua? Tentu saja tidak, Umat Katolik berziarah di gua Maria karena tenspirasi dari devosi kepada Maria di gua berasal dari penampakan Bunda Maria di Lourdes, Prancis, pada tahun 1858. Seorang gadis kecil bernama Bernadette Soubirous menyaksikan penampakan Maria di sebuah gua bernama Massabielle. Sejak saat itu, tempat tersebut menjadi pusat ziarah besar, dan devosi kepada Maria yang menampakkan diri di gua menyebar ke seluruh dunia.
Gua menjadi lambang tempat perjumpaan ilahi yang sederhana, tempat tersembunyi yang melambangkan kerendahan hati dan keterbukaan akan misteri Tuhan. Maria, yang rendah hati dan taat, dipandang sebagai sosok yang layak disapa dalam kesunyian dan keheningan alam. Maka, dibangunlah replika gua-gua Maria di berbagai penjuru dunia sebagai tempat doa dan kontemplasi.
Mengapa di Bulan Maria?
Ziarah ke Gua Maria mencapai puncaknya setiap bulan Mei karena bulan ini secara khusus didedikasikan untuk menghormati Bunda Maria. Di bulan ini, umat Katolik:
Ziarah bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga perjalanan batin menuju kedamaian, pembaruan iman, dan pengharapan. Dalam tradisi Katolik, ziarah adalah cara mengungkapkan devosi, mengangkat intensi pribadi atau komunitas, dan memperdalam relasi dengan Tuhan melalui perantaraan Maria.
Mengapa Banyak Gua Maria di Indonesia?
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Katolik terbesar ketiga di Asia, memiliki kekayaan ekspresi iman yang unik. Keberadaan banyak Gua Maria di Indonesia tidak lepas dari beberapa faktor berikut:
Makna Ziarah ke Gua Maria Bagi Umat
Bagi banyak orang Katolik, ziarah ke Gua Maria bukan hanya tradisi tahunan, melainkan oase rohani. Di tengah kehidupan modern yang sibuk dan penuh tekanan, Gua Maria menjadi tempat hening untuk mendengarkan suara hati dan berbicara dengan Bunda yang mengerti derita dan harapan umat.
Banyak yang datang sambil menangis, memohon penyembuhan, perdamaian keluarga, keberhasilan studi, atau sekadar mengucap syukur. Di sana, bunga-bunga dipersembahkan, lilin dinyalakan, dan harapan dititipkan kepada Bunda Maria, sang pengantara kasih.
Maria, Bintang yang Menuntun
Dalam terang iman Katolik, Maria adalah bintang penuntun di tengah gelap, pengantara yang membimbing umat kepada Yesus. Melalui kehadiran Gua Maria di berbagai penjuru negeri, umat Katolik Indonesia menemukan kembali keheningan, kekuatan doa, dan pengharapan baru.
Ziarah ke Gua Maria setiap bulan Mei bukan hanya bagian dari tradisi, melainkan tanda cinta umat kepada Bunda yang setia—yang selalu mendoakan, menemani, dan menunjukkan jalan menuju Putranya, Sang Juru Selamat.
Kutipan Relevan
"Dengan doa Rosario, kita duduk di samping Maria, dan memandang wajah Kristus bersama dia."
— Paus Yohanes Paulus II, Rosarium Virginis Mariae (2002)
"Maria adalah teladan peziarah sejati. Dia berjalan dalam iman, dalam kesunyian, dalam penyerahan penuh kepada kehendak Allah."
— Paus Fransiskus, Angelus, 15 Agustus 2017
"Gua Maria menjadi tempat perjumpaan antara manusia yang mencari dan Bunda Allah yang menunjukkan jalan."
— Mgr. Albertus Soegijapranata, Uskup Agung Semarang
"Bukan tempatnya yang membuat doa didengar, tapi iman dan ketulusan hati. Gua Maria hanya membantu kita memusatkan hati pada Bunda yang selalu siap menyapa."
— Romo Mangunwijaya, Catatan Pastoral
Sumber Pustaka:
Diakses dari: https://www.newadvent.org/cathen/09389b.html
Penulis : Andy Hermawan
Baptisan anak pada misa minggu pagi, pendaftaran hubungi sekretariat paroki.
Promosi Panggilan dari Kongregasi Suster Fransiskan Misionaris Maria (FMM) bekerjasama dengan Frater Ordo Fratrum Minorum (OFM) di Gereja dan Aula Paroki mulai pukul 07.00 - 12.30
Pukul 10.00 - 13.00 di Aula Paroki, pertemuan tokoh kemasyarakatan dan pegiat sosial Kevikepan Jogja Barat. Pendaftaran: Bpk. Ipung - 081314477473, Bpk. Purwono - 087852079576
Misa Mingguan:
Sabtu Sore - pukul 17.00
Minggu Pagi - pukul 07.00
Minggu Sore - pukul 17.00
Misa Harian:
Senin & Jumat pukul 18.30
Selasa, Rabu, Kamis, & Sabtu pukul 05.30