Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini—mengenang sosok perempuan Jawa yang suaranya menembus sekat zaman. Namun tahun ini, mari kita menilik lebih dalam: bukan hanya pada gagasan emansipasi Kartini, tapi juga pada cahaya nilai-nilai rohani yang ia bawa. Menariknya, nilai-nilai itu selaras dengan ajaran seorang santa kecil dari Prancis—Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus.
Jejak Kartini: Emansipasi Berakar pada Iman
Dalam surat-suratnya yang terkenal, terutama kepada sahabat-sahabat Belandanya, Kartini menyingkapkan pergumulan batin yang mendalam. Ia tidak hanya bicara soal pendidikan dan kebebasan perempuan, tapi juga menanyakan makna hidup, keadilan, dan iman. Setelah mengenal mengenal lingkungan sekitar, muncullah keutamaan dari sosok Kartini tentang kerendahan hati dan kasih-Nya kepada kaum kecil dan tertindas. Di sanalah Kartini menemukan kekuatan baru untuk melawan ketidakadilan sosial.
Santa Theresia: Jalan Kecil Menuju Kekudusan
Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus dikenal dengan spiritualitas “jalan kecil” (the little way)—sebuah ajaran bahwa kesucian bisa dicapai bukan melalui tindakan besar, tapi lewat kesetiaan dalam hal-hal kecil yang dilakukan dengan kasih. Theresia adalah simbol dari kelembutan, penyerahan diri, dan cinta yang radikal kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ia percaya bahwa kasih yang tulus, meskipun kecil, bisa mengubah dunia.
Pertemuan Nilai di Jalan Cinta dan Ketulusan
Kartini dan Theresia sama-sama hidup dalam dunia yang penuh keterbatasan—Kartini dibatasi oleh tradisi dan budaya, Theresia oleh tubuh yang lemah dan dunia biara yang sunyi. Namun keduanya membalik keterbatasan itu menjadi kekuatan batin. Kartini menulis, "Dalam kegelapan, aku mencari cahaya." Theresia pun bersaksi, "Aku memilih segalanya… Aku memilih segalanya demi kasih."
Keduanya menunjukkan bahwa kekuatan sejati bukan hanya terletak pada perubahan struktur, tapi pada pembaruan hati. Baik Kartini maupun Theresia menanamkan nilai ketulusan, pengorbanan, cinta pada sesama, dan keinginan untuk memberi diri bagi dunia.
Refleksi untuk Masa Kini
Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, kisah Kartini dan Theresia mengajarkan kita untuk kembali ke hati. Bahwa perubahan tidak selalu harus besar dan riuh—kadang cukup dengan menjadi terang bagi satu orang, dengan tindakan kecil namun penuh kasih.
Kartini adalah simbol kebangkitan perempuan Indonesia. Tapi ia juga bisa menjadi lambang spiritualitas yang mendalam. Ketika ia menemukan kekuatan dari iman, ia bukan hanya bicara soal hak perempuan, tapi juga tentang panggilan manusia untuk mencintai dan memberi diri.
Maka, di Hari Kartini ini, mari kita rayakan bukan hanya semangat juangnya, tapi juga jiwanya yang halus, lembut, dan penuh kasih—sebuah jiwa yang, seperti Santa Theresia, ingin menghadirkan cahaya kecil yang menyinari dunia.
Penulis: Andy Hermawan
Baptisan anak pada misa minggu pagi, pendaftaran hubungi sekretariat paroki.
Promosi Panggilan dari Kongregasi Suster Fransiskan Misionaris Maria (FMM) bekerjasama dengan Frater Ordo Fratrum Minorum (OFM) di Gereja dan Aula Paroki mulai pukul 07.00 - 12.30
Pukul 10.00 - 13.00 di Aula Paroki, pertemuan tokoh kemasyarakatan dan pegiat sosial Kevikepan Jogja Barat. Pendaftaran: Bpk. Ipung - 081314477473, Bpk. Purwono - 087852079576
Misa Mingguan:
Sabtu Sore - pukul 17.00
Minggu Pagi - pukul 07.00
Minggu Sore - pukul 17.00
Misa Harian:
Senin & Jumat pukul 18.30
Selasa, Rabu, Kamis, & Sabtu pukul 05.30