BERTOBAT MENUJU DUNIA BARU - Gereja Santa Theresia Sedayu
Loading...
Katekese Iman

BERTOBAT MENUJU DUNIA BARU

Dalam Kitab Kejadian disebutkan bahwa manusia diciptakan secitra dengan Allah. Teks ini tidak dimaksudkan agar manusia bisa bertindak semau diri sendiri. Dalam konteks masa pra paskah, teks ini justru menuntut sikap tobat. Ketika manusia bertobat, maka ia akan mengubah perilaku hidupnya. Demikian kata Rama Antonius Henri Atmoko, dalam formatio iman berjenjang, Kamis (21/3) di Gereja St. Theresia Sedayu.

Dalam Yesaya 32: 15 dikatakan “maka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan.” Ayat tersebut menyatakan bahwa pertobatan akan mendorong perubahan sikap. Perubahan menjadi sikap yang lebih ekologis. Maka iman sebenarnarnya bisa diwujudkan dalam lingkungan. Dalam Kitab Kejadian bab 1 dikisahkan manusia yang diciptakan pada hari terakhir penciptaan. Tuhan kemudian member perintah: beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas …. Meski diciptakan pada hari terakhir, bukan berarti manusia bisa sepenuhnya berkuasa.

Dalam Kejadian 2: 15 dikatakan: … menempatkannya di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Maka kuasa yang diberikan kepada manusia adalah kuasa kreatif, kuasa untuk mengusahakan dan memelihara. MIsalnya boleh menebangi hutan, namun harus segera di reboisasi. Dalam Kejadian 2: 19-20 tertulis: Dibawa-Nya-lah semuanya kepada manusia itu untuk melihat bagaimana ia menamainya. Ini dilakukan Tuhan agar manusia tidak sewenang-wenang terhadap ciptaan lain. Dengan kuasa yang diberikan, yaitu kuasa member nama, maka manusia harus menjalin persahabatan dengan ciptaan lain. Sehingga manusia menjadi “co-creator” Allah, yaitu dengan menjaga kelestarian alam dan menjadi sesama bagi yang lain.

Menurut Rm Henry, kata “mengusahakan dan memelihara” dalam kejadian 2: 15 berasal dari kata “abad & samar,” yang artinya mengabdi atau menjadi budak. Maka sebenarnya manusia harus mengabdi dan menghamba kepada Bumi. Karena jika yang berlaku adalah sebaliknya, yaitu Bumi yang mengabdi pada manusia, maka manusia akan menjadi rakus. Dalam Kejadian 1: 10 dikatakan bahwa Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Namun sifat rakus membuat manusia menjadi berdosa. Dalam kisah penciptaan manusia diciptakan setelah semuanya tersedia. Semua ciptaan itu memang untuk manusia, namun manusia juga harus menyediakan diri untuk ciptaan lain. Manusia harus peduli pada ciptaan lain. Karena antara manusia dan alam sebenarnya saling tergantung.

Ketidak pedulian terhadap ciptaan lain terlihat dalam kisah Nabi Nuh. Ketika dilihat-Nya kejahatan manusia dan kecenderungan hati manusia berbuat jahat, membuat hati Tuhan pilu. Tuhan kemudian ingin menghapuskan manusia dan binatang yang ada di bumi. Tetapi tidak semuanya dihabiskan, karena orang bernama Nuh mendapat kasih karunia Tuhan. Nuh diselamatkan namun diikat dengan perjanjian, yaitu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan Nuh dan keturunanya.

Menurut Rm. Henry, Tuhan ingin manusia berlaku adil dan damai terhadap ciptaan lain. Keindahan taman Eden rusak karena Adam melanggar perintah Tuhan. Sehingga manusia yang mengalami suka cita penciptaan telah ditaklukkan kepada kesia-siaan (Roma 8: 20). Demikian juga dengan penebusan oleh Kristus. Penebusan dimengerti sebagai penciptaan ulang. Dulu yang rusak, kini diciptakan ulang. Tujuannya agar manusia bisa hidup sesuai kodratnya. Tafsir modern juga menyatakan bahwa penebusan merupakan pemulihan penciptaan. Paulus dalam Roma 8 menulis bahwa manusia akan dimerdekakan dari perbudakan dan mulia sebagai anak-anak Allah.

Teologi mistis menyatakan bahwa ciptaan lain adalah saudara, karena tiap ciptaan lain adalah representasi Allah. Karena semua ciptaan lain adalah anak dari yang menciptakan, maka kita semua adalah anak-anak Allah, kita manusia dan ciptaan lain adalah saudara. Bagi para mistikus, nafsu ingin memiliki harus diimbangi dengan rasa senasib-seperasaan. Rasa senasib-seperasaan menumbuhkan compassion, mau menderita bagi sesama. Sehingga manusia mau mencintai dan berbelarasa bagi ciptaan lain. Tindakan yang menunjukkan ketidak mauan berbelarasa dengan ciptaan lain contohnya penggunaan pupuk kimia dan penebangan hutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *