PERMANDIAN MEMBUAT HIDUP SAYA TERASA LEBIH BERMAKNA
Saya lahir 48 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 8 September 1968. Saat itu saya belum tahu apa agama saya. Menurut cerita, Ibu saya pernah ikut pelajaran agama Katholik, tetapi saat melahirkan saya, Ibu belum menjadi seorang Katholik. Sedangkan Ayah, setahu saya saat itu juga belum beragama Katholik. Entah apa agamanya saat itu. Namun yang pasti, saat saya berusia sekitar 30 bulan, Ayah yang akhirnya sudah dibaptis, meninggal dunia.
Saya tidak begitu ingat masa kecil saya sebelum dipermandikan. Baru ketika dipermandikan bersama Ibu, saat saya berusia sekitar 8 tahun, saya seperti memiliki kehidupan yang lebih bermakna. Hidup terasa lebih hidup, entah karena apa, mungkin karena Roh Kudus. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk hidup seturut ajaran agama Katholik. Dipermandikan, komuni pertama, krisma dan sampai saat perkawinan saya, Gereja St. Theresia Sedayu selalu menyertai saya.
Secara kebetulan, atau Bahasa Jawanya “ndilalah,” saya menjadi seorang guru, dan bekerja di yayasan Katholik, yaitu Yayasan Pangudi Luhur. Mau tidak mau profesi saya membawa saya untuk hidup sebagaimana seorang guru yang patut digugu lan ditiru. Saya tidak tahu dan tidak pantas menilai diri sendiri, apakah sebenarnya saya sungguh pantas digugu lan ditiru. Biarlah orang lain yang menilai. Namun di luar itu semua, saya selalu mencoba hidup baik dan seturut agama saya. Katholik menjadi panutan dan jalan hidup saya. Yesus menjadi pokok dan teladan hidup saya.
Dalam bermasyarakat, saya berusaha menjadi garam dan terang di tengah masyarakat. Namun seperti apa kadar asin atau sedapnya diri saya sebagai garam dalam masyarakat, saya tidak bisa menilai. Masyarakatlah yang melihat dan berhak untuk menilai diri saya. Namun yang pasti, saya selalu berusaha melakukan semaksimal mungkin di lingkup RT, dusun, atau desa. Di gereja saya ditunjuk menjadi prodiakon periode 2001-2003 dan 2004-2006. Pada periode 2007-2009 saya menjadi wakil ketua dewan paroki, dan periode tahun 2010-2012 menjadi ketua bidang. Periode berikutnya, tahun 2013-2015, dalam Dewan Paroki saya menjadi Tim Kerja Pendidikan dan juga prodiakon. Dan untuk periode sekarang, tahun 2016-2018, saya masih dipercaya menjadi prodiakon dan Tim Kerja Pendidikan.
Kisah hidup saya ini memang masih sangat jauh dari sempurna. Semoga dari kisah ini bisa menginspirasi kita bahwa karya Tuhan itu sungguh misteri yang tidak pernah bisa duga awal dan ujungnya. Tapi satu hal yang saya percayai, ketika Tuhan yang memulai dan berkarya, Tuhan pula yang akan menyempurnakan.