Orang-orang muda kurang terlibat dalam kegiatan doa dan devosi. Keprihatinan ini perlu digali lagi sehingga seluruh lapisan umat bisa berjalan bersama-sama lewat doa dan pendekatan personal. Doa dan pendalaman Kitab Suci membantu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup. Demikian dua poin kesimpulan sarasehan umat yang pertama dalam rangka menyabut Sinode XVI, Minggu, 6 Maret 2022 di Gereja St. Theresia Sedayu. Sarasehan ini diikuti ketua-ketua lingkungan se-Paroki St. Theresia Sedayu.
Petrus Claver Maryoto, fasilitator pertemuan ini menjelaskan bahwa pada Sinode Umum Biasa XVI ini, Bapa Suci menghendaki suara seluruh umat didengarkan dan dihimpun. Ini merupakan bagian dari penegasan bahwa pada milenium ketiga ini Gereja berusaha memperhatikan dan menghayati semangat berjalan bersama, atau diistilahkan sebagai sinodalitas. Sebab saat ini umat tidak mungkin dibiarkan berjalan, mencari dan menemukan sendiri apa yang dirindukannya. Sinode sendiri menunjuk pada makna gereja yang berkumpul untuk menjawab beberapa pertanyaan penting dalam terang Injil dan dengan bantuan Roh Kudus.
Setelah penjelasan dari fasilitator, peserta sarasehan berdiskusi dalam kelompok untuk merenungkan tradisi doa yang dilakukan secara pribadi, dalam keluarga maupun kelompok doa. Dalam diskusi terungkap antara lain adanya rasa syukur karena Sedayu tidak jauh dari beberapa tempat ziarah. Tapi ada juga keprihatinan, misalnya pandemi membuat umat malas mengikuti kegiatan secara langsung, atau keprihatinan ketua lingkungan yang kesulitan untuk menugasi umatnya, sehingga akhirnya harus dikerjakan sendiri oleh ketua lingkungan tersebut.