Bulan Oktober, oleh Gereja dirayakan sebagai bulan Rosario. Rosario merupakan salah satu bentuk devosi terhadap Santa Maria. Devosi terhadap Maria berkembang sejak dipopulerkan oleh St. Petrus Kanisius, yang merupakan tanggapan atas gerakan reformasi Protestan. Saat itu Protestan mempertanyakan gelar-gelar terhadap Maria. Kelompok Protestan mempertanyakan apakah Maria setara dengan Allah. Demikian kata Yohanes Triwidianto, Pr, Rabu (24/10) dalam sekolah iman yang membahas gelar-gelar Maria.
Untuk menghadapi serangan-serangan tersebut, maka Gereja Katholik berusaha memperkuat iman umatnya. Salah satunya adalah lewat litani gelar-gelar Maria. Gelar-gelar ini tidak berdasar pada Kitab Suci, namun berdasar pada kepercayaan bahwa Maria adalah orang yang melahirkan Yesus. Gelar-gelar ini muncul karena kedekatan Maria dengan Allah Putra. Karena Maria mengandung dan melahirkan Yesus, Allah Putera, maka Maria juga bisa disebut sebagai rumah Allah, menjadi tabut perjanjian.
Gelar Maria yang lain adalah Benteng Daud, Benteng Gading, Mawar Yang Gaib, Bintang Timur, Bintang Samudra dan lainnya. Kata Benteng Daud berasal dari Perjanjian Lama, yang merupakan benteng yang kokoh berdiri secara mencolok di puncak pegunungan yang mengelilingi Yerusalem. Benteng ini merupakan sarana pertahanan bagi Yerusalem. Maka sebutan Benteng Daud bagi Maria merupakan harapan perlindungan dari serangan terhadap Kekatolikan. Dengan doa dan teladan Maria yang kudus, menjadi sarana pertahanan untuk tegaknya Kerajaan Allah, dan dosa akan senantiasa dikalahkan.
Kata Benteng Gading berasal dari Kidung Agung yang menggambarkan pengantin terkasih. Dalam bagian tersebut Kidung Agung menubuatkan hubungan antara Kristus dengan Gereja. Dan Maria diposisikan sebagai jembatan antara Kristus dengan Manusia. Maria diberi gelar sebagai Cermin Keadilan, karena tak seorang pun dapat mencerminkan kasih dan penghormatan kepada Kristus dalam hidupnya lebih baik dari Maria. Maria disebut sebagai Rumah Kencana karena kemurnian dan kelimpahan kasihnya, dan ia menjadi rumah bagi bayi Yesus dalam kandungan.
Sementara soal Maria yang diangkat ke surga, Yohanes Tri mengatakan secara eksplisit hal tersebut tidak diketemukan dalam Kitab Suci. Namun gambaran tersebut ada dalam Kitab Wahyu. Selain itu ada fakta sejarah bahwa Maria, ibu Yesus Kristus, hidup di dunia. Tapi tidak ada bukti soal makam Maria. Dari sini kemudian dipercaya bahwa Maria diangkat ke surga jiwa dan raganya. Yohanes Tri juga menyebut bahwa saat ini, dari kelompok Protestan dan lainnya, mulai tumbuh kesadaran tentang Maria. Ada orang non-Katholik yang berdoa di tempat ziarah Maria. Wacana tentang peran Maria juga mulai dikembangkan. Hal ini bisa jadi berangkat dari pentingnya peran seorang ibu, kemudian masuk ke penghayatan iman. Namun mereka tetap setia pada iman yang sudah ia miliki.