Marriage Encounter Indonesia - Gereja Santa Theresia Sedayu
Loading...
Komunitas

Marriage Encounter Indonesia

Mengenal Marriage Encounter Indonesia

Visi

Love One Another As I Have Love You, Cintai Satu Sama Lain Seperti Aku Mencintaimu

Sejarah Marriage Encounter (ME) Dunia

Pada tahun1952 di Kota Bercelona-Spanyol, Pastor Gabriel Calvo didatangi sepasang suami-istri yang menyatakan secara berpasangan membaktikan dirinya bagi kerasulan untuk suami istri. Sebelum ini mereka memang sudah aktif di paroki, namun mereka sendiri, mungkin si suami di Depar dan si istri di WK. Tapi mereka ingin bersama-sama dalam melakukan kerasulan keluarga .

Mendapat tantangan ini, selama sekitar sepuluh tahun Pastor Calvo dan pasangan tersebut mempersiapkan suatu program yang dianggap sesuai bagi kerasulan untuk pasangan suami-istri, dan pada tahun 1962 di Bercelona itu diadakanlah WEME (Weekend ME) yang pertama yang waktu itu dalam Bahasa Spanyol di sebut sebagai Encuentro Conyugal.

Setelah mendapat sukses yang cukup besar di Spanyol, maka pada tahun 1966 Pastor Calvo memperkenalkan program ini dalam pertemuan Kongres Internasional CFM (Christian Family Movement ) yang diadakan di Venezuela, dan dari situ para pemimpin CFM membawa program tersebut ke hampir seluruh Negara di Amerika Latin. Setahun kemudian, pada tahun 1967, Encuentro Conyugal sudah sampai di Amerika Serikat, namun semula masih terbatas bagi mereka yang berbahasa Spanyol dan baru pada Agustus 1967 dibawakan dalam bahasa Inggris di Notre Dame dengan sebutan Marriage Encounter.

Perkembangan terjadi begitu cepat. Pada musim panas tahun 1968 ada sekitar 50 pasangan suami istri dan 29 Romo dari Spanyol diundang ke Amerika untuk mengadakan WEME di mana-mana. Sejak itu ME semakin berkembang, terutama di wilayah Long Island, New York, di bawah pimpinan Pater Chuck Gallagher yang mendalami program ini secara lebih lanjut. Hingga pada tahun 1974 berkembang secara internasional dengan nama Worldwide Catholic Marriage Encounter.

Sejarah ME di Indonesia

Di Indonesia sendiri gerakan ME diprakarsai oleh Mgr. Leo Soekoto, SJ. (alm) yang sewaktu kunjungannya ke Eropa pada tahun 1975 mendengar tentang adanya gerakan ME ini. Tertarik akan tujuan gerakan ME yaitu membina kehidupan keluarga yang baik, maka Mgr. Leo Soekoto mengutus Romo Adolf Heuken, SJ. (alm)─yang kebetulan pada waktu itu akan mengikuti ziarah ke Lourdes, untuk mempelajari tentang gerakan ME. Maka setelah menyelesaikan ziarah, Romo Heuken mampir ke Belgia untuk mencari informasi tentang Gerakan ME. Dan untuk dapat mengenal gerakan ME dengan baik, Romo Heuken disarankan untuk mengikuti weekend ME, yang kemudian diikutinya.

Sekembalinya ke tanah air Romo Heuken melaporkan hasil kunjungannya kepada Mgr. Leo Soekoto. Selanjutnya disepakati untuk mengundang Romo Guido Herbaut Pr. beserta timnya dari Belgia untuk memberikan weekend pertama di Indonesia.

Bertempat di Evergreen Puncak pada tgl. 25-27 Juli 1975 berlangsunglah weekend ME pertama yang diikuti oleh 9 pasutri, 2 orang suster dan 2 orang Imam (salah satunya adalah Mgr. Leo Soekoto sendiri). Peserta Weekend pertama ini dipilih orang-orang yang mengerti bahasa Belanda karena bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Vlaams yang mirip dengan bahasa Belanda.

Pada weekend berikutnya, tim dari Belgia tersebut memberikan semacam deeper weekend bagi 5 pasutri yang telah mengikuti weeekend pertama, bersama seorang imam yaitu Romo Piet Nooy SVD yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Komisi Kehidupan Keluarga KAJ. Setelah itu Romo Piet Nooy lalu diundang ke Belgia untuk memperoleh latihan khusus. Sepulangnya dari Belgia beliau mengadakan workshop intensif bersama pasutri Bapak/Ibu Marsidi dan Tony & Greta.

Pada 7-9 Mei 1976 adalah weekend pertama dalam bahasa Indonesia yang diikuti 10 pasutri dan 2 orang suster. Sejak saat itu ME berkembang dengan pesat dan dalam waktu 6 bulan telah melebarkan sayapnya ke Jawa Tengah. Saat ini ME telah menyebar ke seluruh tanah air dari Sumatera Utara sampai ke Merauke. Jumlah pesertanya telah mencapai kira-kira 30.000 orang.

Apakah Marriage Encounter (ME) itu?

Marriage Encounter adalah suatu kegiatan positif dan pengalaman pribadi pasutri yang mempelajari:

  • Teknik berkomunikasi atas dasar cinta kasih.
  • Cara untuk melihat lebih dalam pribadi pasangannya terhadap dirinya sendiri, orang lain dan Tuhan.
  • Cara memberi motivasi untuk memperbaiki hubungan dan kehidupan sebagai pasangan suami istri.
  • Teknik untuk berbagi perasaan, harapan, kekhawatiran, keputusan, kebahagiaan dan merancang masa depan yang lebih baik bersama-sama.

Ada dua konsep utama dalam gerakan ME yaitu:

  • Kemanunggalan suami-isteri. Untuk tercapainya persatuan yang utuh dan padu antara pasangan suami-isteri diperlukan keterbukaan satu sama lain. Juga diharapkan masing-masing pihak dapat menerima pasangannya secara total, apa adanya. Untuk dapat mencapai tujuan ini diperlukan komunikasi/dialog yang baik antara pasangan suami-isteri.
  • Pembaruan Sakramen Perkawinan dan Sakramen Imamat. Selain dipanggil untuk “manunggal”, pasangan suami-isteri juga dipanggil untuk menjadi pasangan sakramental. Diharapkan hidup perkawinan mereka dapat menjadi tanda atau pantulan dari cinta kasih Kristus.

Demikian juga para imam diharapkan dapat menyelaraskan segala sikap, tingkah laku, tindakan dan ucapan mereka dengan jiwa cinta kasih Kristus.

Untuk siapakah program ME ini?

Program ini diperuntukkan bagi pasangan suami istri yang ingin meningkatkan kualitas hubungan dalam kehidupan mereka. Weekend ME dirancang untuk memperluan dan mendalami sebuah kebahagiaan pasutri sebagai partner dan orang tua.

Pasutri 

  • Usia perkawinan minimum 3 tahun.
  • Perkawinan monogami
  • Tidak sedang dalam kemelut rumah tangga

Untuk Imam dan Bruder/Suster yang ingin meningkatkan kualitas relasi mereka dengan umatnya dan mengembangkan apresiasi terhadap keteguhan mereka lebih dalam, untuk tetap setia mengemban panggilan Tuhan.

Imam/Suster/Bruder
Sebaiknya imamat/kaul kekalnya sudah 3 tahun.

Apa saja yang dilakukan dalam sebuah weekend ME?

  • Suasana dalam weekend ME diciptakan agar pasutri lebih memfokuskan perhatiannya terhadap pasangannya.
  • Team memberikan beberapa presentasi.
  • Setiap presentasi memberikan kesempatan kepada pasutri untuk melihat diri sendiri dan pasangannya sebagai individu dan hubungan mereka terhadap orang lain serta hubungan mereka terhadap Tuhan.
  • Setiap presentasi memberikan bukti dan alat bantu yang dapat menjadikan kehidupan perkawinan menjadi lebih baik.
  • Tim pemberi presentasi akan membantu memperluas dan memperdalam kualitas hubungan suami/istri dengan pasangan masing-masing

Weekend Marriage encounter adalah pintu gerbang untuk memasuki ME, suatu sharing pengalaman dari 7 orang anggota team, yang terdiri dari 3 pasutri dan 1 pastor, serta para peserta dengan 15 buah presentasi selama 44 jam yang didukung oleh perhatian, cinta kasih, dan doa dari komunitas Marriage Encounter.

Tujuan Weekend ME adalah untuk menggugah setiap pasutri agar dapat saling mencintai satu sama lain, di mana melalui weekend ini cinta mereka diperbaharui, dikukuhkan, dan diperkuat.

Para peserta Weekend ME harus memenuhi kriteria yaitu: harus berpasangan

  • Suami Istri monogami
  • Imam dengan Imam atau bruder
  • Suster dengan suster
  • Sudah mendapat penjelasan mengenai Weekend ME
  • Cukup sehat untuk mengikuti seluruh acara Weekend ME

Di dalam Weekend ME peserta harus aktif terlibat, dengan cara mendengarkan presentasi atau sharing tim, menulis reaksinya, menulis refleksi dan berdialog dengan pasangannya, bukan hanya sebagai pengamat.

Apakah weekend ME mempengaruhi kerahasiaan pribadi (privacy) pasutri?

Privacy pasutri sangat dihormati, mereka mempunyai ruang dan waktu untuk lebih mengenal pasangannya secara pribadi dengan teknik komunikasi yang telah mereka pelajari dalam Weekend ME yang dialami saat itu. Saat kegiatan Weekend ME tidak akan dilakukan diskusi kelompok agar privacy suami istri tetap terjaga.

Bagaimana ME memperbaiki hubungan perkawinan?

Dalam suatu  perkawinan ada saatnya kita dan pasangan kita menganggap bahwa hubungan pasutri adalah suatu hal yang biasa. Dalam Weekend ME pasutri akan menemukan waktu yang tepat untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dalam dari arti perkawinan yang sebenarnya.

  • Kesempatan untuk melepas rutinitas.
  • Kesempatan untuk melihat lebih dekat prioritas dalam perkawinan.
  • Suasana dibuat bagi pasutri untuk lebih menggali masa-masa penting dalam menjalankan kehidupan bersama-sama dengan rasa cinta dan penuh pengertian.
  • Pasutri akan diberikan pandangan, alat bantu dan kepercayaan diri untuk meningkatkan kualitas perkawinan dan mempererat perasaan cinta terhadap pasangan.

Banyak pasutri yang telah mengikuti Weekend ME menyatakan bahwa Weekend ME adalah pengalaman yang paling berkesan dalam kehidupan mereka.

Apakah peserta weekend ME harus katolik?

Tidak, namun demikian Weekend ME dipersembahkan oleh tiga pasutri dan seorang Imam Katolik. Dalam Theologi Katolik, Sakramen Perkawinan adalah Sakramen Gereja.

Pasangan non-katolik diperbolehkan mengikuti Weekend ME. Sampai saat ini dari para pasutri yang telah ikut dalam Weekend ME, beberapa di antara mereka adalah pasangan non-katolik.

Berapa lama pelaksanaan weekend ME?

Weekend ME dimulai pada hari Jum’at sore, dan akan berlangsung sampai dengan Minggu sore dan ditutup dengan Perayaan Ekaristi.

Bagaimana cara mengikuti weekend ME?

Silakan menghubungi Imam/Bruder/Suster/pasutri ME yang anda kenal atau langsung ke koordinator ME di tempat anda. Anda akan dihubungi untuk diberi penjelasan mengenai persiapan mengikuti Weekend ME, seperti biaya, tempat, waktu dan sebagainya.

Informasi dan Pendaftaran:

Romo Paulus Susanto, Pr.: 0812 2950 783

Pasutri Agus-Vero: 081 125 125 10

Pasutri Edy-Lian: 0812 269 0011,

Pasutri Eri-Rita: 0818 0264 9430

Komunitas ME

Gerakan ME tidak berhenti sebatas weekend ME saja. Untuk mendukung dan memperdalam atau memperbaharui penghayatan akan nilai weekend, diadakan program renewal enrichment, workshop, dialog, pertemuan kelompok dialog, majalah (RELASI), mailing list, blog, website sebagai media berbagi pengalaman, dengan membaca pengalaman pengikut lain, dan/atau menulis pengalaman sendiri.

Kelompok dialog adalah struktur dasar penting yang menentukan dinamika kehidupan gerakan dan merupakan sel-sel hidup dalam gerakan Marriage Encounter. Komunitas ME bukanlah organisasi yang mempunyai AD/ART. Tidak ada ketua, yang ada hanya koordinator, mulai dari Koordinator Dunia, Koordinator Asia, Kornas (Koordinator Nasional), Kordis (Koordinator Distrik), Korwil (Koordinator Wilayah), Kormep (Koordinator Paroki).

Sumber: www.meindonesia.org
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *