Paroki St. Theresia Sedayu memiliki gedung gereja yang baru. Gedung yang baru ini mengagumkan di luarnya, dan makin mengagumkan ketika melihat dalamnya. Keindahan yang ada pada gedung gereja yang baru ini menjadi simbol kehadiran umat Katolik di tengah masyarakat. Demikian dikatakan oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Uskup Keuskupan Agung Semarang, pada Kamis 14 Oktober 2021 dalam Ekaristi Syukur Peresmian Gedung Gereja St. Theresia Sedayu. Dalam Ekaristi ini dilakukan penerimaan Sakramen Krisma dan tanggal 14 Oktober bertepatan dengan 94 tahun Ekaristi peresmian gedung gereja pertama di Sedayu.
Bagi Mgr. Rubiyatmoko, memiliki gedung gereja baru tidak berarti melupakan Gereja yang lama. Gereja yang lama tidak hilang, tetapi tetap ada dalam hati umat Paroki Sedayu. Gereja di sini adalah persekutuan umat beriman. Keindahan bangunan akan lebih bermakna jika dibarengi dengan keguyuban mereka yang menggunakan bangunan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengisi Gereja dengan hal-hal yang baik dan diharapkan setiap umat memberikan kontribusi, apa pun bentuknya. Jika umat benar-benar guyub, ini akan menjadi pewartaan yang luar biasa.
Umat diharapkan beraktivitas dalam kerangka “ngopeni paseduluran, mbangun pasamuan” (memelihara persaudaraan, membangun persekutuan umat Allah), bagaimana merengkuh yang lain sebagai saudara. Jika semua sudah menjadi saudara, hidup yang tentram akan tercipta sehingga Gereja akan tumbuh mengakar pada masyarakat setempat. Mengutip ucapan Paus Fransiskus, Mgr. Rubiyatmoko mengatakan bahwa gereja adalah kita semua, semua yang terlibat dalam segala kontribusinya. Untuk itu, ada tiga hal yang harus menjadi modal, yaitu persekutuan, keterlibatan dan perutusan. Tiga hal ini juga diharapkan dari penerima Krisma untuk terlibat dalam perjumpaan di lingkungan dan di paroki. Tidak bersembunyi, tetai berani keluar dan terlibat. Karena tanpa keterlibatan dan kontribusi, Gereja akan mati. Caranya adalah dengan menjadi saudara bagi yang lain. Gereja akan dirasakan manfaatnya jika bisa berbuat sesuatu terhadap masyarakat sekitar.
Abdul Halim Muslih, Bupati Bantul, dalam sambutan peresmian gedung gereja mengatakan bahwa di Bantul terdapat 17 kapenewon (kecamatan) yang masing-masing penuh dengan perbedaan. Perbedaan ini adalah takdir Tuhan. Keberagaman ini akan menjadi kekuatan ketika masing-masing bersinergi, sehingga bangsa ini akan semakin rukun. Bagi Abdul Halim Muslih, doa merupakan bagian dari kehidupan. Sejak kelahiran sampai kematian, selalu ada doa. Ini merupakan tanda bahwa hidup warga Bantul disadarkan kepada Tuhan. Dan Gereja Sedayu yang baru akan menjadi kawah candradimuka bagi umatnya sehingga akan lahir kebaikan-kebaikan baru.
Kepada Bupati Bantul, Wakil Bupati Bantul, Muspika Kapenewon Sedayu dan tamu undangan lainnya, Mgr. Rubiyatmoko menyampaikan bahwa selesainya pembangunan gedung gereja yang baru ini merupakan hasil usaha dan keterlibatan umat yang luar biasa, demi hadirnya Tuhan di tempat yang layak. Diharapkan gereja ini akan menjadi tempat yang luar biasa untuk mewujudkan berkah Tuhan. Berkah Tuhan ini nantinya tak hanya digunakan sendiri untuk jemaat, tetapi juga untuk masyarakat luas. Antonius Hadi Cahyono, Pastor Paroki St. Theresia Sedayu mengatakan bahwa selesainya pembangunan Gereja St. Theresia Sedayu adalah anugerah luar biasa yang mengalir melalui banyak orang. Ekaristi peresmian ini dipimpin oleh Mgr. Rubiyatmoko, didampingi dua Vikaris Episkopal dan sepuluh imam. Peresmian gedung Gereja St. Theresia Sedayu ditandai dengan pemberkatan gedung dan fasilitasnya, penandatanganan prasasti, pemukulan gong, pemotongan tumpeng, dan simbolisasi serah terima kunci.