Hari Biasa Sesudah Epifani
Bacaan I: 1 Yoh. 4:7-10
Bacaan Injil: Mrk. 6:34-44
Dua hal yang susah untuk didefinisikan adalah kasih dan Allah. Menurut bacaan pertama pada hari ini, Allah adalah kasih (1 Yoh. 4:7-10). Tetapi kasih yang mana? Paling kurang ada lima tingkat atau dimensi cinta: seksual (cinta karena dorongan seks semata); eros (cinta monyet, cinta karena ketertarikan fisik); philia (cinta persahabatan); storge (cinta karena relasi kekeluargaan); dan agape cinta tanpa syarat. Prototipe cinta terakhir adalah cinta Yesus Kristus.
Tentu keempat prespektif terdahulu menjadi positif dalam tempatnya yang benar dan tepat. Indikator kita mengenal Allah adalah cinta (bdk. 1 Yoh. 4:8). Ukuran kasih kita kepada sesama adalah kasih Allah (bdk. 1 Yoh. 4:10).
Seperti apakah kasih Allah itu? Salah satunya, Allah mengutus Putra-Nya sendiri sebagai silih dan penebus bagi dosa-dosa kita. Ia tidak meminta kurban dari kita sebagai silih atau dosa-dosa kita. Selain penebus, Yesus Kristus adalah gembala dan roti hidup (Mrk. 6:34-44). Ia memperbanyak roti. Artinya, Ia adalah sumber kehidupan nyata yang hadir dalam makanan harian.
Allah menerima kita yang datang kepada-Nya. Ia meminta dari kita sebesar yang kita miliki. Mungkin hal itu kecil: dua ekor ikan dan lima ketul roti (Mrk. 6:38). Tapi di tangan Allah, itu bisa menjadi banyak. Karena yang penting bukan jumlah barang fisiknya, melainkan kasih yang ada di baliknya. Kasih selalu memberi, membagi, dan dengan itu selalu bertambah banyak.
Tuhan, ajarlah kami kasih-Mu supaya kami ada dalam Dikau dan Engkau dalam kami. Semoga kami menjadi roti hidup bagi sesama. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2022